Adapun negara tujuan yang akan dibuka cukup beragam, mencakup Asia, Eropa, hingga Timur Tengah.
“Jepang sudah pasti, kemudian beberapa negara Eropa seperti Jerman, Turki, Slovakia, kemudian juga negara-negara berbahasa Inggris seperti Singapura. Salah satu yang juga jadi favorit itu di Timur Tengah, Uni Emirat Arab juga ada,” jelasnya.
BACA JUGA: Dukung Mahasiswanya Kerja ke Luar Negeri, Undip dan KP2MI Bangun Migrant Center di Sekolah Vokasi
Profesi yang menjadi incaran antara lain caregiver, hospitality, welder, serta posisi lain yang membutuhkan medium to high skill.
Menanggapi soal waktu pencapaian target 500 ribu pekerja, Leontinus menegaskan bahwa pemerintah akan bergerak secepat mungkin.
“Kita usahakan sebanyak mungkin, semaksimal mungkin. Sebelum target tercapai kita akan bekerja keras,” pungkasnya.
Pemerintah ingatkan potensi TPPO, SMK harus pahami prosedur penempatan tenaga kerja
Selain peluang kerja, Kemenko PM juga menekankan pentingnya perlindungan terhadap lulusan SMK agar tidak menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Pada sesi terakhir workshop, pembicara dari Asosiasi Penyelenggara Pemagangan Indonesia dan perusahaan penempatan pekerja migran (P3MI) memaparkan prosedur kerja luar negeri yang benar.
“Bagaimana hati-hati, mencegah jangan sampai kita hanya mengejar peluang tapi akhirnya malah ada yang menjadi korban TPPO. Pembicara kita dari asosiasi pemagangan dan P3MI berbagi bagaimana prosedur yang baik, syaratnya apa, jangan sampai menjadi korban,” jelasnya.
Tak hanya itu, Leontinus menyebut Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) juga turut hadir memberikan panduan mengenai aspek perlindungan dan regulasi kerja di luar negeri.
“Harapannya tiga sesi ini bisa melengkapi pengetahuan kepala sekolah SMK dan ke depannya bisa lebih baik dalam mempersiapkan talenta,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













