BACA JUGA: Duet Aria Bima-Rheo Putra FX Rudy Resmi Pimpin PDIP Solo, Teguh Prakosa Tak Lagi Masuk Pengurus
“Walaupun baru kali ini usungan PDI Perjuangan tidak jadi, tapi komunikasi kami sangat intensif. Fraksi PDI Perjuangan dengan wali kota, termasuk soal peningkatan PAD, justru memberikan berbagai alternatif yang wali kota setujui,” ungkapnya.
Aria menegaskan, PDIP Solo tidak lagi melihat latar belakang partai kepala daerah, melainkan menempatkan wali kota sebagai pemimpin rakyat Kota Surakarta. Ia memastikan, Fraksi PDIP akan memberikan dukungan kepada pemerintah daerah dengan prinsip yang jelas.
“PDIP sudah melihat tidak lagi siapa wali kota dan dari mana, tapi itu wali kota rakyat Surakarta. Dukungan penuh dengan cara yang benar. Yang Pancasilais, konstitusionalis, pluralis, dan berpihak pada wong cilik,” papar Aria.
Alih-alih Kandang Banteng, Aria Bima: Solo Lebih Tepat Sebutannya Kandang Pancasila
Menanggapi sebutan Solo sebagai “kandang banteng”, Aria menyebut istilah tersebut merupakan ekspresi masyarakat atas kemenangan PDIP selama ini. Namun, ia menegaskan PDIP lebih memaknai Solo sebagai kandang Pancasila.
“Kandang banteng itu sebutan dari kawan-kawan masyarakat. Kami lebih melihat itu kandang Pancasila,” ujarnya.
Menurut Aria, simbol banteng yang melekat pada PDIP sejatinya merepresentasikan nilai-nilai Pancasila dan keberpihakan pada rakyat.
BACA JUGA: Punya Energi Baru, DPC PDIP Kabupaten Semarang Bidik Tambah Kursi Parlemen-Ulangi Sukses Pilkada
“Kenapa disebut banteng? Karena simbol banteng dari dulu, dari simbol PNI, itu partai yang sangat aspiratif dan memperjuangkan rakyat Kota Surakarta,” jelasnya.
Aria menegaskan, semangat tersebut yang ingin terus PDIP Kota Solo hidupkan ke depan, bukan sekadar mempertahankan label kemenangan, melainkan menjaga keberpihakan dan kerja nyata untuk masyarakat. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













