“Beda dengan Serayu. Beda dengan Bengawan Solo. Kalau Serayu itu Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, Cilacap, itu relatif bisa diamankan,” tegasnya.
Mengenai potensi kerugian, pihaknya bersikukuh dapat mengatasi sebelum terjadi dampak El Nino. Supriyanto pun mengungkapkan optimismenya dalam menghadapi peristiwa alam yang dapat mengancam pangan tersebut.
“Itu kita berawal dari cerita kemampuan untuk mengatasi dulu. Kalau kita sudah mentok baru itulah kerugian. Jadi kita tidak di posisi pesimis. Kalau kita pesimis, kita ngitung rugi dulu, tapi kita ini opitmis memetakan mana yang harus kita push,” tegasnya.
Terkait pemetaan, ia menyebut strategi penanggulangan daerah yang berbeda, berdasarkan warna masing-masing wilayah.
“Yang namanya pemetaan itu kan tidak semua harus diselamatkan. Mana yang merah kita buang, mana yang merah abaikan, yang kuning yang kita push. Yang hijau kita sisihkan juga untuk tidak menguras energi kita antisipasi el nino. Yang kuning ini yang harus kita jaga. Kuning ini sebagian besar Pantura ke tengah, seperti Temanggung dan Wonosobo,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi