SEMARANG, beritajateng.tv – Tragedi Mei 1998 masih menyisakan kenangan pahit bagi salah satu warga Semarang, Anastasya. Lebih dari 25 tahun berlalu, peristiwa kelam itu tak bisa bisa hilang sepenuhnya dari ingatan Anastasya.
Anastasya saat itu memang merantau untuk bekerja di Jakarta. Saat kerusuhan pecah pada Mei 1998, ia hampir menjadi korban pemerkosaan bahkan pembunuhan.
“Kerja di lantai 4, kebiasaan menyetel musik keras-keras enggak denger suara dari luar, kerja dari jam 10 pagi s.d. 9 malam,” kenangnya saat Refleksi Peringatan 1998 di Rasa Dharma, belum lama ini.
Nahasnya, saat itu ia tak tahu apa-apa. Saking sibuknya bekerja, Anastasya bahkan tak tahu jika bahaya mengintai dirinya.
Seharian penuh ia menyetel musik kencang-kencang, dan hanya fokus pada tumpukan pekerjaan di atas mejanya.
“Yang terjadi apa, saya tidak tau, karena enggak ada yang ngasih tau. Telepon mati, jaringan mati, saya sempat menghubungi teman-teman, keluarga, enggak bisa,” lanjutnya.
Hingga tiba-tiba, pada pukul setengah 10 malam, salah seorang satpam di tempat kerja Anastasya memaksa masuk ke ruang kerjanya.
“Ci, ayo keluar, gedung ini mau dibakar, ada kerusuhan, ayo cepat keluar,” ujar Anastasya menirukan satpam itu.
Anastasya yang kebingungan lantas mengikuti satpam tersebut. Saat keluar gedung, ia baru sadar bahwa gedung di sekitarnya telah hangus terbakar.