Menurutnya, kegiatan tim RRS bersifat sukarela dan tidak mengenal waktu. Hal tersebutlah yang kemudian membuat anggota tim RRS semakin berkurang.
“Tadinya ada 100 anggota, tapi namanya seleksi alam lama-lama jadi 50, terus sekarang jadi 20. Masalahnya bensin mereka tidak ditanggung, perjalanan makan waktu, dan juga malam baru masuk laporan, itu yang menjadi tantangan,” ungkap Perwira.
Sementara itu, Rayhan, salah satu anggota termuda dari tim Reptile Rescue Semarang mengungkapkan, kendala yang ia hadapi adalah restu dari orang tua. Masih berusia muda, Rayhan bahkan tak mendapatkan izin ketika awal bergabung dengan tim RRS.
BACA JUGA: Tertarik Pelihara Reptil? Pastikan Tahu Hal Ini!
“Awalnya orang tua pasti menentang, apalagi stigma orang tua soal reptile itu masih hewan berbahaya. Tapi lama-lama support karena aku bisa menunjukkan tanggung jawabku dan SOP penyelamatan kepada orang tua, akhirnya boleh,” jelas Rayhan yang juga mahasiswa semester 5 jurusan Peternakan Undip tersebut.
Seluruh anggota tim Reptile Rescue Semarang memang hanya mengandalkan komitmen dan kecintaanya akan hewan reptil. Terlebih, mereka rela meluangkan waktu dan tenaga untuk menyelamatkan reptil. Bagi mereka, mampu menyelamatkan warga dan hewan reptil adalah prioritas utama.
“Rasanya seneng banget apalagi kalau hewannya tidak terluka. Rasanya seperti tugasnya tuntas dengan baik, nolong hewan dan nolong warga juga,” pungkas Rayhan. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi