Abdul pun menuturkan persamaan Islam di Ghana dan Indonesia. Menurutnya, perbedaan mazhab saat menjalani Ramadan juga terjadi di Ghana, sebagaimana yang ada di Indonesia.
“Apa yang harus dilakukan di bulan Ramadan dan ajaran Islam itu sama, tapi terkadang ada perbedaan antara alirannya. Di Ghana itu ada dua aliran yang berbeda, sama seperti di Indonesia ada NU dan Muhammadiyah, tapi itu bukan masalah bagiku,” bebernya.
BACA JUGA: Hendi Sebut Universitas di Indonesia Tak Kalah dengan Luar Negeri
Lebih lanjut, kerinduannya terhadap rumah Abdul akui tak datang setiap waktu. Sebab, belajar di negeri orang sudah ia jadikan tekad kuat. Sehingga, rasa ingin pulang atau homesick bukan alasan baginya untuk bersedih di Kota Semarang, utamanya saat bulan Ramadan datang.
“Aku sudah berjanji dengan diri sendiri kalau ini hidupku yang aku bangun dan pilih. Jadi aku harus menjalaninya tanpa ayah dan ibu, karena ini tanggung jawabku,” akunya.
Dalam merayakan momen kemenangan nanti pun, Abdul menyebut ia selalu melakukan video call untuk mengucapkan selamat Idulfitri kepada ayah dan ibunya.
“Aku tidak rindu yang terus menerus, tapi rindunya kadang-kadang lah. Saat momen Hari Raya Idulfitri datang, aku video call dengan ayah dan ibu, sambil bilang kangen dan mengucapkan selamat hari raya,” tandas Abdul. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi