SEMARANG, beritajateng.tv – Yudha Sandi Pramanta, mahasiswa semester 7 Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) asal Kabupaten Gayo Lues, Aceh, menceritakan detik-detik sulit saat ia kehilangan kontak dengan keluarga selama empat hari setelah bencana besar melanda wilayah Aceh, Sumut, dan Sumbar.
“Saya putus akses sekitar empat hari. Bencana sudah berjalan, tapi saya sama sekali tidak tahu kondisi keluarga. Baru hari keempat saya dapat kabar,” kata Yudha saat beritajateng.tv temui pada Selasa, 9 Desember 2025.
Yudha menjelaskan bahwa kampung halamannya, Gayo Lues, menjadi salah satu yang paling terdampak. Seluruh akses jalan darat terputus akibat longsor dan banjir besar. Hanya jalur udara yang kini bisa digunakan untuk keluar masuk daerah tersebut.
“Lintas darat sama sekali tidak bisa, jaringan juga putus. Daerah kami, Gayo Lues, Takengon, dan Bener Meriah benar-benar terisolasi,” ungkapnya.
BACA JUGA: RS Kapal Terapung IKA Unair Meluncur ke Aceh, Siap Atasi Ancaman Penyakit Pascabencana
Yudha menggambarkan kondisi geografis kampungnya yang membuat bencana semakin sulit ditangani.
“Gayo Lues itu kotanya di atas bukit. Alhamdulillah kota aman, tapi semua daerah pinggirannya terdampak. Di lereng-lereng itu parah sekali,” katanya.
Meski wilayah di sekitar rumah banyak yang tertimbun hingga tiga meter lumpur, Yudha bersyukur rumah keluarganya tidak dihantam banjir.
“Alhamdulillah rumah tidak masuk air. Keluarga aman, hanya komunikasi yang terputus karena jaringan hilang,” ujarnya.













