“Memang cukup sulit ya sekarang cari kerja; saya gak cuma magang atau organisasi sekali saja. Memang sulit, tapi ya rezeki-rezekian juga. Harus memperbanyak relasi juga karena ada loker yang tidak ter-publish,” akunya.
Ia membenarkan lowongan kerja memang banyak tersebar, hanya saja syaratnya begitu menyulitkan. Tak hanya itu, Annisa pun turut menyadari banyaknya saingan dalam memperebutkan pekerjaan di Jawa Tengah.
“Lowongan kerja mungkin banyak, tapi yang daftar juga lebih banyak lagi. Banyak sekali persaingannya, banyak pencari kerjanya,” pungkas Annisa.
Tak kunjung dapat pekerjaan, S-2 jadi solusi
Rekan Annisa yang juga lulusan Teknik Industri Udinus, Maya (24), memilih jalan yang lain. Saat ini, Maya tengah menempuh pendidikan S-2 Teknik Industri di Undip.
Setelah lulus pendidikan S-1, Maya mengaku sempat bekerja di salah satu perusahaan nasional terkemuka yang memiliki kantor cabang di Semarang.
Hanya saja, pekerjaan itu mengharuskanya pulang dini hari. Hal itulah yang membuatnya mencari pekerjaan baru sembari melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Shift kerjanya itu berangkat tengah malam dan pulangnya subuh, itu memberatkan saya sebagai wanita pastinya. Ya sudah sambil cari lagi pekerjaan baru, sambil daftar S-2, ternyata S-2 keterima dan keluarga lebih setuju kalau misalkan saya lanjut S-2,” ujar Maya.
Namun, kekhawatiran masih Maya rasakan. Ia takut pendidikan S-2 yang tengah ia jalani malah mengantarkannya sebagai lulusan overqualified bagi lapangan pekerjaan di Indonesia.
“Saya sadar kalau belum ada pengalaman terus lanjut S-2 pasti bakal lebih susah lagi cari kerjanya, karena kan overqualified juga sedangkan skill-nya itu masih belum ada gitu,” akunya.
Adapun pekerjaan yang ia sasar nanti jika sudah lulus kuliah adalah menjadi PNS atau bekerja di BUMN.
“Tapi ya paling kalau misalnya lulus carinya PNS atau BUMN, karena memang sudah kalah dari segi pengalaman kalau carinya di pabrik atau perusahaan,” pungkas Maya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadaf