SEMARANG, beritajateng.tv – Air bersih menjadi masalah terbesar di antara indikator kemiskinan lainnya di Jawa Tengah (Jateng).
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Jateng, Ema Rachmawati, menyebut, ketersediaan air bersih tak hanya berpengaruh pada kemiskinan, melainkan juga stunting.
Bahkan, kata Ema, masih ada puluhan ribu kepala keluarga (KK) di Jawa Tengah yang belum memeroleh akses air bersih.
“Kalau air bersih, memang di Jawa Tengah itu menjadi permasalahan yang paling besar di antara indikator kemiskinan lainnya. Seperti listrik itu kan tinggal seribu KK yang belum punya listrik. Tapi ini masih puluhan ribu yang belum dapat akses air bersih,” ungkap Ema.
Terlebih, Ema menyebut keterbatasan air bersih itu merata di 17 kabupaten yang menjadi zona merah kemiskinan se-Jawa Tengah.
BACA JUGA: Climate Fest 2024, Anak Muda Desak Pemerintah Atasi Krisis Iklim, Ini Sejumlah Tuntutannya
Adapun 17 zona merah kemiskinan di Jawa Tengah itu ialah Kebumen, Brebes, Wonosobo, Pemalang, Purbalingga, Banjarnegara, Rembang, Sragen, Banyumas, Klaten, Demak, Grobogan, Blora, Purworejo, Cilacap, Kabupaten Magelang, dan Wonogiri.
“Nah kalau air bersih ini ya hampir merata, terutama yang di daerah kemiskinan tinggi seperti 17 kabupaten itu, Brebes, Pemalang, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara kemudian, Kebumen Wonosobo, Purworejo. Ada di ada 17 kabupaten yang memang sumber air bersih itu sangat susah, seperti juga Blora, Grobogan, kan cukup susah,” tegas Ema.
Krisis air bersih berdampak pada stunting, Ema ungkap dampak pencemaran e-coli pada berat badan anak
Lebih lanjut, Ema menjelaskan bahwa krisis air bersih sangat berdampak pada prevalensi stunting suatu daerah. Ia mencontohkan Kabupaten Pekalongan, yang mana hanya ada tiga dari 105 anak berisiko stunting yang berat badannya berhasil naik.