Scroll Untuk Baca Artikel
Gaya Hidup

Mahasiswa UI Rugi Kripto Hingga Bunuh Juniornya, Pengamat Ekonomi Singgung Perilaku Risk Lover

×

Mahasiswa UI Rugi Kripto Hingga Bunuh Juniornya, Pengamat Ekonomi Singgung Perilaku Risk Lover

Sebarkan artikel ini
kripto
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Undip, Esther Sri Astuti. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Altafasalya Ardnika Basya alias AAB (23), mahasiswa UI yang membunuh juniornya akibat terlilit utang pinjaman online (pinjol) mengaku mengalami kerugian bermain kripto. Hal itu menjadi salah satu alasan tersangka membunuh korban Muhammad Naufal Zidan alias MNZ (19).

Terkait hal tersebut, Pengamat Ekonomi Undip, Esther Sri Astuti menyebut kripto dapat menyebabkan adiksi layaknya investasi saham. Dalam hal ini, pengendalian seseorang sangat dibutuhkan selain pengetahuan fundamental terkait produk investasi itu sendiri.

BACA JUGA: Pengen Cuan Meski Rebahan? Belajar Cara Main Trading Biar Dapet Penghasilan Tambahan

“Kalo kripto itu ibaratnya kaya main saham, jadi ada efek addict (kecanduan). Kalau menurut saya sebenernya bukan soal manajemen keuangan, tetapi lebih ke masalah pribadi atau karakternya. Dia harus tahu, sadar diri, bahwa yang namanya investasi itu kadang naik dan kadang turun,” ucap Esther kepada beritajateng.tv melalui sambungan telepon, Selasa sore 8 Agustus 2023.

Menyinggung soal karakter tersangka, menurut Esther, semestinya AAB menghentikan investasinya jika sudah merugi. Akademisi yang mengajar prodi Ilmu Ekonomi itu menduga bahwa tersangka AAB tergolong risk lover atau pecinta risiko dalam dunia investasi.

“Karena kalau orang rugi itu harusnya dia mandek atau berhenti, lha ini enggak, sampai Rp 80 juta itu kan gila. Mungkin memang risk lover, artinya dia pecinta risiko. Meskipun risikonya tinggi sampai punya keberanian untuk membunuh temannya. Kalau nggak suka risiko, tidak akan seperti itu. Begitu rugi sedikit langsung berhenti,” sambungnya.

Bermain kripto jangan asal beli

Sebelum memutuskan terjun ke dalam kripto, Esther memberikan beberapa hal yang mesti terpenuhi. Analisis mendasar, khususnya mengenai produk investasi yang akan konsumen beli menjadi kewajiban utama.

“Yang pertama itu analisis fundamentalnya. Sahamnya yang bagus ini yang seperti apa, perusahaan yang bagus itu bagaimana, sama seperti kripto. Jangan asal beli kripto. Kita tidak tahu itu benar bisa diuangkan atau tidak,” ucapnya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan