“Tanah bengkok itu kan ada di dekat sawah-sawahnya petani. Kebanyakan masyarakat tidak mau sewa lahan itu, apalagi lokasinya ada di pojok-pojok deket sungai,” katanya.
Pemanfaatan Aset Pemkot Semarang
Lahan-lahan seperti ini, menurutnya, telah pemkot inventarisir, untuk kemudian Dinas Pertanian alihkan pengelolaannya. Nantinya, Dinas Pertanian akan bagi hasil dengan para petani dalam pengelolaan lahannya.
“Mereka enggan sewa karena lahan itu mahal sewanya, tapi kalau bagi hasil kan berbeda. Kalau kita bisa mendorong para petani dalam Saprodi (sarana produksi) aset yang ada di Kota Semarang, mereka bisa menanam selain padi. Karena kalau musim kemarau seperti ini kan padi butuh air. Sehingga kita bisa alihkan untuk menanam palawija atau jenis tanaman lain,” imbuhnya.
Selain itu, contoh lain tanaman non-padi yang bisa para petani tanam yakni sorgum, jagung, ketela, ubi, talas termasuk cabai, tomat, bahkan bawang merah.
“Petani bisa menanam sorgum, jagung juga bisa. Dulu Kodam IV/Diponegoro berhasil menanam jagung di lahan miliknya seluas 8 hektare. Kemarin baru saja panen bawang merah di lahan MAJT, bahkan hasilnya mencapai 14,6 ton untuk satu hektare lahan. Ini kita dorong sehingga inflasi bisa kita minimalisir,” Jelasnya.
Inventarisir aset Pemkot Semarang, telah dimulai sejak satu bulan yang lalu. “Kami targetkan Desember tahun 2023 ini selesai, sehingga tahun depan sudah bisa dimanfaatkan karena musim hujan adalah musim yang bagus untuk menanam,” katanya. (*)
Editor: Elly Amaliyah