“Kalau kami ada event online justru banyak peserta dari luar kota. Kami sering ngadain challenge, membaca nyaring 7 hari berturut-turut misalnya, itu justru pesertanya dari luar Semarang. Padahal yang mengadakan Read Aloud Semarang, itu yang menjadi PR kita sampai saat ini,” kata Dhinar.
Gerilya cari sponsor untuk danai kegiatan
Unik mengaku peran pemerintah dalam mendukung Komunitas Read Aloud Semarang belum terlalu nyata. Padahal, mereka telah beberapa kali mendapat undangan untuk mengisi pelatihan dan talkshow.
Sebagai organisasi nirlaba, hingga saat ini Read Aloud Semarang masih membiayai kegiatannya secara mandiri. Entah dengan dana pribadi masing-masing anggota maupun dengan bergerilya mencari sponsor.
BACA JUGA: Kegiatan Unik Komunitas Bookclub Semarang, Baca Buku Bareng hingga Ratusan Orang
Hal tersebutlah yang kemudian menjadi tantangan tersendiri bagi Read Aloud Semarang.
“Alhamdulillah sampai saat ini masih bisa berjalan, bismillah saja. Dari kita untuk kita dan untuk teman-teman,” kata Unik.
Tiga tahun berdiri, kini Read Aloud Semarang memiliki pengurus sebanyak 18 orang dengan member aktif sebanyak 40 orang. Unik sebagai founder pun berharap semoga Read Aloud Semarang bisa terus berkembang, bertumbuh, dan berdampak khususnya untuk masyarakat Kota Semarang terkait akses media informasi seputar literasi.
“Harapannya semoga semakin memberikan dampak, baik untuk internal ataupun external. Semakin solid dan semakin menyebar jejaringnya,” ujarnya. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto