Untuk motifnya, kebanyakan adalah batik Semarangan yang berisi ikon-ikon Semarang khas. Uniknya, pada saat Covid-19, Slamet bahkan sempat membuat batik dengan motif virus Corona.
“Alhamdulillah dari tahun 2013 sudah bisa produksi sendiri, bisa menerima order terutama dari dinas-dinas gubernuran,” ucapnya.
Hingga saat ini, Paguyuban Katun Ungu memiliki 35 anggota. Sesuai namanya, semua anggota merupakan penyandang runa rungu atau Teman Tuli.
Dari jumlah itu, sekitar 10-15 anggota benar benar aktif berkecimpung di dunia batik. Sementara sisanya menjadikan batik sebagai hobi dan sambilan.
BACA JUGA: Cerita Menarik Juru Bicara Isyarat Debat Pilgub Jateng, Sempat Kesulitan Terjemahkan Istilah Politik
Slamet berharap, keberadaan Paguyuban Katun Ungu mampu membuka peluang bagi teman-teman disabilitas untuk juga memiliki
“Harapannya mereka bisa lebih eksis dan kita juga memberikan ruang orang-orang disabilitas untuk beraktivitas. Dan saya berharap pemerintah bisa turut memperhatikan para disabilitas seperti tuna daksa atau tuna grahita,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila