“Kalau dia memainkan di tengah atau ekor itu banyak, jadi indahnya itu, dia betul-betul orang yang sholehah tapi menghayati budaya lain. Itu moment dan di situ serunya memotret budaya,” ucapnya.
Pameran foto: tak sekadar seni, tingkah laku sehari-hari juga budaya
Lebih lanjut, Agus menceritakan salah satu karyanya yang sekilas jauh dari unsur budaya. Yaitu, karya yang ia beri judul Terapi Pasir.
Foto itu memperlihatkan laki-laki berusia senja yang sedang menimbun diri di pasir pantai. Kepalanya ternaungi payung, sementara di sebelahnya terdapat tongkat penyangga berjalan.
Agus menduga, laki-laki itu tengah mengidap stroke. Sehingga, ia berjemur untuk membantu pengobatan.
“Jadi budaya itu adalah jejak kemanusiaan atau perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari dan itu bisa menjadi sebuah inspriasi. Budaya enggak harus selalu seni,” katanya.
BACA JUGA: Suguhkan Berbagai Jenis Karya Seni Unik, Mahasiswa S3 Unnes Gelar Pameran Data Disertasi
Ia menambahkan, tak banyak fotografer di Semarang yang menekuni fotografi budaya. Peluang tersebutlah yang kemudian Agus coba manfaatkan.
Bahkan, dulu saat budaya Semarang belum terlalu hidup, Agus harus pergi ke Solo untuk mencari event-event budaya. Kini, ia mengakui jika event budaya di Semarang sudah semakin masif.
Ia pun berharap pajang karya fotografi budaya ini dapat menginspirasi siapa pun. Sebab, seni yang indah dapat menjadikan hati seseorang menjadi lebih lembut. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi