“Permintaan perawat di Austria itu juga harus S-1 keperawatan, standar bahasa Jermannya levelnya juga yang lumayan tinggi, itu tantangan. Cuma memang kalau kesejahteraannya, Eropa lebih bagus dari Asia. Tapi ya di Asia itu lebih mudah, prosesnya, kualifikasinya, bahasanya,” sambung dia.
Turki pilihan terbaik bagi yang pertama kali jadi pekerja migran, gaji fantastis
Bagi warga yang berminat, Nindya menyebut biaya penempatan bervariasi. Di Austria, khusus tenaga perawat, biaya penempatan digratiskan. Sementara untuk Turki, kisaran biayanya sekitar Rp15 juta.
“Untuk gaji standar di Turki tahun 2025 ini sekitar 750 USD. Akomodasi sudah disediakan, makan dapat satu kali on duty, dan masih ada tips serta bonus tambahan,” papar Nindya.
Fasilitas tersebut, menurutnya, cukup menarik bagi pencari kerja pemula yang ingin mencoba pengalaman bekerja di luar negeri.
Nindya menilai, Turki menjadi negara paling ramah bagi pekerja asal Jawa Tengah yang baru pertama kali ke Eropa.
BACA JUGA: Tak Hanya Luar Negeri, Banyak Warga Jateng Cari Penghidupan Layak Lewat Transmigrasi
“Kalau untuk pertama kali, Turki bisa jadi pilihan. Persyaratan bahasa tidak terlalu sulit daripada negara lain di Eropa,” terangnya.
Namun, ia mengingatkan agar calon pekerja tidak hanya berorientasi pada negara tujuan, tetapi juga mempersiapkan diri dengan keterampilan khusus.
“Sekarang lebih banyak carinya tenaga kerja yang punya skill. Misalnya las, menjahit, spa, massage, hingga cleaning service di perhotelan. Jadi kalau ada minat, harus mulai asah keterampilan dari sekarang,” katanya.
Wajib cari agensi penyalur tenaga kerja yang legal
Selain keterampilan, Nindya mengingatkan soal jalur penempatan kerja di Eropa yang aman. “Tipsnya yang pertama adalah cari perusahaan resmi atau legal. Sekarang kan pemerintah sudah sediakan pusat informasi di Dinas Tenaga Kerja, BP2MI, atau situs KP2MI. Di sana ada daftar P3MI yang resmi,” jelasnya.
Ia menegaskan, jangan mudah percaya pada pihak yang tidak berizin. “Paling aman ya langsung daftar ke P3MI yang resmi. Jangan sampai terbujuk rayuan calo,” tegasnya.
Meski belum setenar Jepang atau negara Asia lainnya, peluang kerja ke Eropa dinilai masih besar.
“Informasi tentang Eropa memang belum banyak. Kualifikasi yang diminta juga tinggi. Jadi saat ini masih istilahnya babat alas, baru mulai. Tapi peluangnya sebenarnya besar,” pungkas Nindya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi