Ia menambahkan, MBG tidak hanya dirancang untuk mengenyangkan atau menyajikan menu lezat, tetapi lebih menekankan pada kandungan gizi yang seimbang.
“Sekali lagi, ini bukan soal kenyang atau enak, tapi soal gizi. Sebisa mungkin memang enak, tapi yang utama itu gizinya,” jelasnya.
BACA JUGA: Seribu Lebih SPPG di Jateng, Satgas Percepatan MBG: Baru 43 Dapur yang Kantongi Sertifikat Higienis
Sudaryono menyampaikan, pemerintah melibatkan Kementerian Kesehatan, BPOM, dan para ahli gizi untuk memastikan setiap menu yang tersaji memiliki kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan anak. Ia pun mengimbau masyarakat dan sekolah agar memahami tujuan utama program ini.
“Kalau ada yang tidak mau menerima, tidak apa-apa. Sampaikan ke sekolah atau BGN supaya bisa dialihkan ke anak lain yang membutuhkan. Tapi jangan lupa, setiap menu sudah para ahli hitung kandungan gizinya,” ucapnya.
Ia menegaskan, kejadian dan keluhan di lapangan akan menjadi bahan evaluasi agar pelaksanaan program semakin baik dan tepat sasaran.
“Yang penting, program ini berjalan cepat tapi juga tepat. Karena tujuannya pemerataan gizi untuk anak-anak di seluruh Indonesia,” pungkas Sudaryono. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi