“Ungker biasanya sembunyi di serasah daun jati yang sudah bercampur tanah,” kata Yanti.
BACA JUGA: Ayahnya Meninggal Karena Serangan Jantung, Pratama Arhan Belum Bisa Pulang ke Blora
Untuk mempercepat proses, Yanti membawa kantong plastik besar. Serasah yang sering kali berisi ungker ia masukkan ke plastik, bawa ke gubuk, lalu buka satu per satu untuk memisahkan antara daun dan kepompongnya.
Ungker yang telah dibersihkan dijual dalam bentuk dua bungkus seharga Rp25 ribu. Meski hasilnya tidak menentu, Yanti mengaku bisa membawa pulang Rp90 ribu hingga Rp100 ribu per hari, tergantung banyaknya kepompong yang berhasil ia temukan.
Ungker sendiri biasanya digoreng atau diolah menjadi lauk kaya protein. Makanan ekstrem musiman ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga lokal maupun pencinta kuliner unik yang melintas di jalur Blora–Cepu. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













