SEMARANG, beritajateng.tv – Pengamat politik Universitas Diponegoro Nur Hidayat Sardini menilai sosok Gibran Rakabuming Raka tidak etis, lantaran ia menjadi Cawapres Prabowo Subianto saat masih berstatus sebagai Wali Kota Solo yang diusung oleh PDI Perjuangan (PDIP).
“Kalau yang ia (Gibran) lakukan pergi begitu saja tanpa menyatakan statusnya di depan Bu Mega atau PDIP ya tidak etis, sama sekali tidak etis,” tegas Nur Hidayat Sardini, Senin 23 Oktober 2023.
Sosok yang pernah menjabat sebagai Ketua Bawaslu periode 2008-2011 itu menyinggung Gibran yang semestinya memahami bagaimana ia berasal.
“Orang harus tetap menghargai dari mana ia berasal, dalam hal ini Bu Mega harus disowani, apapun itu. Pepatah mengatakan, datang dengan muka, pulang dengan punggung,” tegasnya.
Nur Hidayat Sardini juga menyinggung tiket emas yang Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berikan kepada Gibran untuk maju sebagai Wali Kota Solo pada Pilkada 2020 lalu. Sebagai informasi, nama Achmad Purnomo sempat mencuat sebagai rival Gibran dalam pertarungan internal PDIP pada saat itu.
BACA JUGA: Pasangan Ganjar-Mahfud MD Daftar ke KPU, Mbak Ita Siap Menangkan Calon PDIP di Pilpres 2024
Pihaknya menilai, tak ada orang yang tidak mengetahui bahwa Gibran jelas lahir dari rahim partai banteng itu. Sehingga, lanjut Nur Hidayat Sardini penting bagi Gibran untuk tegas kepada publik saat berpamitan dengan PDIP.
“Saya rasa dia tidak mungkin akan menjadi wali kota jika tidak ada usungan dari partai, terutama PDIP. Terlebih, pada waktu itu Solo kan sedang menggelar semacam konvensi, yang mana hasil konvensi itu memilih Gibran-Teguh, bukan Achmad,” paparnya.
