“Tanjakan teresktrem di tanjakan Jalan Tumpang 13 Gajahmungkur, paling curam, paling ekstrem Semarang. Kami naik ke sana sampai merangkak, kalau tidak hati-hati bisa terpeleset,” jelasnya.
Urban hiking cocok untuk perkotaan Semarang
Roy sendiri memang belum lama menekuni urban hiking. Namun, kesadarannya akan kesehatan membuat pria berusia 45 tahun itu memaksa diri untuk berolahraga meski di tengah kesibukan.
Akhirnya, daripada olahraga mahal namun tak begitu bermanfaat, Roy memilih untuk berjalan-jalan di pelosok kampung Kota Semarang. Selain murah, kontur daerah di Semarang juga banyak yang menanjak.
“Kontur daerah di Semarang banyak lokasi tanjakan [yang] bisa digunakan. Semisal di Tegalsari Semarang Selatan ada Jalan Wilis, Kawi, Genuk Karanglo. Lokasi lainnya di Cinde, Jomblang,” tuturnya.
Roy memandang, Semarang sangat cocok untuk aktivitas urban hiking yang sedang kembali ngetren di 2024 ini. Apalagi, banyak masyarakatnya yang sebenarnya sadar akan pentingnya berolahraga.
Ia pun mulai mempromosikan urban hiking di media sosial bernama Urban Hiking Semarang (UHS). Kini, Urban Hiking Semarang memiliki lebih dari 80 anggota.
UHS sendiri rutin mengadakan urban hiking sebanyak 4 kali dalam seminggu. Yaitu, di hari Selasa, Kamis, Sabtu, dan Minggu. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi