SEMARANG, beritajateng.tv – Pawai karnaval ogoh-ogoh di Kota Semarang berlangsung meriah, meski kontingen yang dihadirkan lebih sedikit dibanding tahun 2024 lalu.
Walikota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti membuka pawai karnaval ogoh-ogoh di Jalan Pemuda Semarang pada Sabtu, 26 April 2025.
Sebanyak 850 peserta pawai karnaval ogoh-ogoh berjalan dari Balaikota, Jalan Pemuda menuju ke Jalan Pandanaran dan berakhir di Simpang Lima Semarang.
Karnaval Ogoh-ogoh ini merupakan event tahunan yang diinisiasi PHDI (Persatuan Hindu Dharma Indonesia) dan difasilitasi oleh Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
BACA JUGA: Video Pawai Ogoh-ogoh dan Karnaval Lintas Agama di Semarang
Mulai sejak tahun 2010 silam, karnaval ini bertujuan untuk menarik wisatawan untuk datang ke Ibu Kota Jawa Tengah. Tak hanya itu, dalam karnaval tersebut juga melibatkan lintas agama, etnis dan budaya menjadi satu dalam kebhinekaan.
“Ini bagian dari keragaman budaya yang sedang kita coba angkat untuk ditampilkan. Supaya, nama Semarang terangkat sebagai tujuan pariwisata,” kata Agustina usai membuka acara.
Agustina menyebut, kegiatan Pawai Ogoh-ogoh ini jadi salah satu langkah kota Semarang untuk panjat sosial (pansos) agar bisa eksis seperti pariwisata di Bali.
“Ini ada tamu khusus datang dari Bali yang juga akan tampil. Harapannya kita pansos lah. Jadi Semarang juga ingin setara dengan Bali soal pariwisata,” imbuh dia.
Terkait beragam budaya, agama, dan etnis yang terlibat dalam pawai ini, Agustina sangat mengapresiasi masyarakat yang menjunjung toleransi dan kebhinekaan.
“Keragaman ini memang untuk membiasakan masyarakat agar bisa hidup bersama dan saling melengkapi. Ibaratnya seperti sebuah orkestra. Ada biola, ada macem-macem alat musik. Nah dirigennya itu adalah Walikota. Kita bersatu kalau bisa dalam satu Dirigen yang manis itu akan membuat sebuah lagu yang sangat indah. Itulah keinginan kita hari ini,” papar dia.
Bukti Akulturasi Budaya
Sementara itu, Kadisbudpar Kota Semarang, R. Wing Wiyarso mengatakan, dalam Pawai kali ini terdapat kearifan lokal budaya dan menjadi bukti bahwa kota Semarang memiliki akulturasi budaya dengan toleransi yang sangat tinggi.