“Kalau dulu orang berpikirnya pawai ogoh-ogoh hanya budaya Bali yang di tampilkan. Tetapi beda, yang di Semarang ini rutin setiap tahun berupa Festival Budaya Lintas Agama,” papar Wing.
Diakuinya, bahwa tahun ini penampil tidak sebanyak pada tahun lalu. Pembatasan peserta ini agar tidak menggangu layanan umum lalu lintas dan membuat kemacetan jika kontingen terlalu banyak.
“Ogoh-ogoh memang tampil hanya tiga. Harapanya memang bisa lebih banyak, tapi karena ada efisiensi dari pusat sehingga beberapa perwakilan dari beberapa kota mengundurkan diri karena pembatasan anggaran yang ada,” lanjutnya.
Meski demikian, kegiatan tetap semarak karena hadir pula beragam komunitas, etnis dan lintas agama.
“Masih banyak kegiatan serupa, karnaval festival yang mengangkat kearifan lokal budaya di Kota Semarang,” ujarnya.
Pawai Ogoh-ogoh di Kota Semarang menghadirkan langsung kontingen dari Denpasar Bali yang menampilkan alat musik tradisional Baliganjur. Terdapat tiga patung ogoh-ogoh, replika burung garuda serta gunungan. Ada juga kontingen lintas agama, perwakilan umat muslim, Budha, Konghucu, Kristen banyak yang membawa ciri khas masing-masing.
“Ini kami persembahkan untuk masyarakat kota Semarang, sesuai konsep dan visi misi strategis ibu Walikota Semarang yakni seni dan budaya pariwisata merupakan salah satu kekuatan Semarang,” tutupnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah