Gaya Hidup

Pemburu Autograf Andreas Junian, Kolektor 1.500 Kartu dan 300 Jersey Bola

×

Pemburu Autograf Andreas Junian, Kolektor 1.500 Kartu dan 300 Jersey Bola

Sebarkan artikel ini
Andreas Junian bersama koleksi kartu foto dan jersey
Andreas Junian bersama koleksi kartu foto dan jersey yang sudah ditandatangani oleh pemain sepak bola, basket dan voli. Sabtu, 6 Desember 2025. (Yuni Esa Anugrah/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Di tengah ramainya euforia sepak bola lokal, ada satu sosok unik yang justru bekerja di balik layar kompetisi, Andreas Junian, pemburu autograf (autograph hunter) yang disebut-sebut sebagai satu-satunya di Semarang.

Ia bukan sekadar kolektor memorabilia, tetapi juga pencetak kartu pemain versinya sendiri demi satu tujuan: mendapatkan tanda tangan sang idola.

Hobinya mulai dari hal sederhana, kegemarannya pada kartu Panini saat kecil.

“Dari dulu suka bola, suka ngoleksi kartu. Tapi kan Panini itu enggak ada tanda tangannya,” ujarnya saat beritajateng.tv temui di daerah Pleburan pada Sabtu, 6 Desember 2025.

Koleksi itu akhirnya terhenti begitu saja sampai ia mulai mengikuti sepak bola lokal.

“Kalau pemain luar negeri susah banget dapat tanda tangan. Setahun paling cuma beberapa yang datang. Makanya mulai fokus ke liga lokal,” tambahnya.

BACA JUGA: Buka Program Boarding School, PSIS Development Latih Siswa Jadi Pesepakbola Profesional

Hunting autograf awalnya dari jersey yang ia miliki. Namun, saat itu ia sadar jika satu tim punya banyak pemain yang tak mungkin ia miliki jerseynya. Tahun 2020, ia memutuskan membuat kartu sendiri.

“Enggak ada produk lokal untuk kartu bola atau basket. Jadi tak [saya] buat sendiri, mirip Panini atau Topps UK. Size-nya sama. Kalau enggak ada medianya, pemain juga susah mau tanda tangan,” jelasnya.

Kini koleksinya mencapai 1.500 kartu pemain dan 300 jersey, baik yang belum ataupun sudah bertanda tangan. Koleksi itu dari para pemain Liga 1, Liga 2, Liga 3, hingga basket dan voli.

Hunting di Hotel: Ditolak Pemain, Diusir Security

Hobi yang tampak sederhana itu ternyata penuh drama. Di masa awal, ia sering menunggu giliran pemain keluar hotel berjam-jam tanpa kepastian. Namun lama-lama ia hafal pola waktu tim.

“Pernah pemain nolak gara-gara habis kalah, bad mood. Pernah juga kena usir security hotel, apalagi kalau Timnas [Indonesia],” kenangnya sambil tertawa.

Yang paling berkesan adalah momen berburu tanda tangan pemain Timnas yang TC di Solo.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan