Ia menambahkan, pihak terkait perlu waspada dengan potensi terganggunya industri padat karya. Sebab sebagian bahan baku produksi berasal dari China. Biaya logistik dan bahan baku juga bakal meningkat akibat hambatan perdagangan global.
Kendati begitu, ia menilai Jateng masih menjadi lokasi investasi unggulan dengan daya saing upah, dan infrastruktur yang semakin berkembang. Karena itu, di butuhkan percepatan reformasi regulasi dan kesiapan infrastruktur dasar untuk menangkap peluang masuknya investasi baru.
“Jawa Tengah juga perlu melakukan perluasan pasar ekspor ke negara tujuan lainnya,” ujarnya.
BACA JUGA: Minta Jateng Berdikari, Ketua DPRD Sumanto: Untuk Swasembada Pangan Harus Modernisasi Alat Tani
Selain itu, Jateng perlu menyediakan SDM siap pakai melalui vokasi dan pelatihan industri. Hal lain yang perlu dilakukan adalah mendorong substitusi bahan baku impor melalui inovasi dan insentif lokal.
“Turunnya nilai ekspor akan mempengaruhi turunnya pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Kolaborasi antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat menjadi kunci untuk menghadapi dinamika global,” katanya. (*)
Editor: Farah Nazila