“[Tahun lalu] kalau sampai selesainya itu rata rata 80-90 persen dapat, tapi sudah pertengahan tahun ini baru dapat 30 persen, makanya itu, waduh, was-was ini,” sambung dia.
Mobil listrik dilirik lantaran tak perlu bayar pajak yang besar
Selain daya beli warga Jateng yang tengah lesu, Adi menyoroti imbas perang dagang internasional hingga masuknya mobil listrik yang menjadi pemicu berkurangnya minat warga terhadap mobil konvensional.
“Kalau kita koordinasi sama teman-teman, yang paling jelas dampaknya itu perang dagang lumayan ya. Tarif yang gede-gedean itu, sampai pada akhirnya teman-temen di [pengusaha atau dealer] kendaraan itu gak berani nyetok. Dan juga sekarang banyak yang lari ke mobil listrik,” ucap Adi.
BACA JUGA: Warga Senang dan Sambut Baik Program Dana Operasional RT Rp25 Juta Per Tahun
Terlebih, kata Adi, pajak kendaraan listrik ketimbang kendaraan biasa jauh lebih kecil.
“Mobil listrik kan gak ada pajaknya, akhirnya beli barang baru tapi gak di pajakin. [Mendukung kampanye] mobil listrik kita pengin ke green economy. Tapi ternyata kita masih butuh pajak kendaraan dari mobil biasa,” pungkas Adi. (*)
Editor: Farah Nazila