Selain isu kepemimpinan, Pra Kongres juga membuka pembahasan mengenai perlindungan perempuan dan anak. Termasuk maraknya kasus kekerasan yang hingga kini masih menjadi perhatian bersama.
Para peserta berdiskusi mengenai langkah pencegahan, edukasi masyarakat, serta penguatan layanan bagi korban.
DP3A menekankan bahwa kesetaraan gender tidak hanya soal pemimpin perempuan, tetapi juga tentang jaminan keamanan, hak, dan kesejahteraan perempuan serta anak.
“Kami tetap membahas semua isu yang dekat dengan kehidupan perempuan, termasuk kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan anak. Ini menjadi satu kesatuan dalam upaya mewujudkan kesetaraan yang adil,” tambah Eko.
Dengan berjalannya Pra Kongres ini, Pemkot Semarang berharap dapat mengumpulkan rekomendasi konkret yang akan menjadi landasan dalam penyelenggaraan Kongres Perempuan 2026.
Kesadaran kolektif yang tumbuh dari para peserta menjadi modal penting untuk mendorong terwujudnya kota yang lebih ramah perempuan dan anak. (*)
Editor: Elly Amaliyah







