Jalur ini mulai beroperasi pada 10 Agustus 1867. Dengan tujuan utama mengangkut hasil bumi dari daerah pedalaman Jawa Tengah menuju pelabuhan di Semarang agar dapat di ekspor ke luar negeri.
Hasil bumi tersebut, seperti gula, kopi, dan tembakau, sebagian besar berasal dari sistem tanam paksa (Cultuurstelsel) oleh Belanda kepada rakyat Indonesia pada masa itu. Tujuan jalur ini memudahkan pengangkutan komoditas dari wilayah agraris ke pusat perdagangan kolonial di pesisir utara Jawa.
Stasiun Tanggung sendiri menjadi salah satu stasiun bersejarah yang masih bertahan hingga kini. Menyimpan jejak awal perkembangan perkeretaapian di Indonesia, dan menjadi saksi bisu perjalanan panjang transportasi rel di tanah air.
Franoto melanjutkan, peringatan ini menjadi momen untuk mengenang sejarah panjang perkeretaapian Indonesia. Sekaligus menghidupkan kembali nilai-nilai yang ada.
“KAI Daop 4 berharap peringatan ini tidak hanya menjadi ajang mengenang masa lalu. Tetapi juga menginspirasi masyarakat untuk menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah bangsa,” tutup Franoto. (*)