Bagaimana caranya? Owner The Pikas Resort Adventure Banjarnegara ini mengungkapkan, seseorang harus menemukan satu value terbesar yang ia miliki. Itulah yang kemudian ia citrakan secara konsisten dan terus-menerus.
“Value itu diterjemahkan menjadi persepsi yang akan ditangkap orang dari narasi, postingan, bahkan sikap yang kita lakukan setiap hari,” papar Ikhwan.
Berdasarkan penuturan Ikhwan, istilah personal branding dengan pencitraan tentu saja menjadi begitu beririsan.
Dia juga nggak menampik anggapan orang yang mengasosiasikan istilah pencitraan sebagai suatu tindakan negatif.
“(Menganggap pencitraan negatif) menjadi wajar, sebab selama ini banyak orang yang melakukan pencitraan diri dengan menampilkan kebohongan dan sesuatu yang di lebih-lebihkan,” kata lelaki kelahiran 7 September 1981 itu, lalu tersenyum simpul.
Pada kenyataannya, Ikhwan mengimbuhi, nggak ubahnya personal branding, pencitraan juga akan memunculkan kesan tertentu dari seseorang terhadap orang lain. Berdasarkan pengetahuan atau hal-hal yang diketahui orang tersebut, yang tentu saja akan terkonfirmasi kebenarannya.
“Pencitraan adalah membangun persepsi, yang orang akan ingat, kita itu apa. Maka, pencitraan yang benar adalah dengan mencari sesuatu yang paling unggul, menaikkannya menjadi satu value paling kuat. Lalu mencitrakannya lewat berbagai media,” sebutnya.
Di akhir obrolan, Ikhwan pun menganalogikan tiap orang sebagai sebuah brand. Menurutnya, hanya dengan branding yang tepat kita bisa menjadi “produk” branded yang dipercaya orang. (*)
Editor: Elly Amaliyah