Pendidikan

PGRI Jateng Tolak Enam Hari Sekolah: Guru Punya Hak Libur untuk Kumpul Keluarga di Hari Sabtu

×

PGRI Jateng Tolak Enam Hari Sekolah: Guru Punya Hak Libur untuk Kumpul Keluarga di Hari Sabtu

Sebarkan artikel ini
PGRI Enam Hari Sekolah
Ketua Persatuan Guru Republik Indoensia (PGRI) Jawa Tengah sekaligus Anggota DPD RI, Muhdi, saat ditemui usai peringatan Hari Guru di Kampus UPGRIS 4, Kota Semarang, Selasa, 25 November 2025. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Wacana pemberlakuan enam hari sekolah kembali mendapat sorotan dari organisasi guru. Ketua Persatuan Guru Republik Indoensia (PGRI) Jawa Tengah sekaligus Anggota DPD RI, Muhdi, menilai pola lima hari sekolah yang berjalan sejak beberapa tahun terakhir masih paling ideal bagi siswa, guru, dan orang tua.

Muhdi menyebut penegasan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti soal adanya satu hari pengembangan diri justru menguatkan alasan mempertahankan pola lima hari sekolah.

“Dalam satu pekan ada satu hari untuk pengembangan diri. Pengembangan keprofesian itu kan namanya terbebas atau libur,” ujar Muhdi saat beritajateng.tv temui usai peringatan Hari Guru di Kampus UPGRIS 4, Kota Semarang, Selasa, 25 November 2025.

Muhdi mengingatkan kembali alasan pemerintah sebelumnya menetapkan lima hari sekolah. Ia menyebut dua hari libur menjadi ruang bagi anak untuk kembali bersama keluarga, karena peran mendidik utamanya tetap berada pada orang tua, sementara sekolah hanya membantu.

“Lima hari sekolah ini kan kebijakan pemerintah yang sebelumnya dengan berbagai alasan. Tugas utama mendidik anak kan orang tua, sekolah atau guru prinsipnya membantu. Maka dulu pemerintah mengambil lima hari agar siswa punya dua hari untuk bersama keluarga,” ujarnya.

BACA JUGA: Matangkan Rencana Enam Hari Sekolah, Disdikbud Jateng Siapkan Skema Rotasi Guru SMA/SMK Dekat Domisili

Tak cuma itu, Muhdi kemudian menyinggung program 7 Anak Indonesia Hebat yang mendorong murid, terutama di jenjang SMA/SMK, aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Menurutnya, ruang interaksi itu akan hilang bila hari sekolah ditambah menjadi enam hari.

“Di mana bermanfaat kalau mereka tidak punya waktu juga untuk hidup di dalam masyarakat?” kata dia.

Ia juga menyoroti siswa maupun guru SMA/SMK yang tak sedikit rumahnya jauh dari sekolah. Sistem lima hari sekolah, kata Muhdi, lebih efisien dari sisi transportasi dan tetap memenuhi beban mata pelajaran lantaran penyesuaian jam dilakukan di hari-hari yang ada.

Pola tersebut, tutur dia, sekaligus melatih siswa menyesuaikan ritme dunia kampus dan dunia kerja yang umumnya libur di akhir pekan. Menurut Muhdi, guru juga memiliki hak yang sama.

Selain waktu untuk keluarga, ia menekankan instruksi Mendikdasmen soal satu hari khusus untuk pengembangan diri. Hari Sabtu, kata dia, selayaknya menjadi ruang untuk kegiatan tersebut tanpa mengurangi jam belajar siswa.

“Guru juga punya hak untuk menyiapkan diri untuk juga bersama anak-anak dan keluarganya. Hari Sabtu mestinya bisa sang guru pakai untuk kumpul keluarga, untuk pengembangan diri, sehingga MGMP jangan mengambil hari-hari biasa,” ujarnya.

Pengawasan anak tidak cukup hanya dengan menambah hari sekolah

Lebih jauh, Muhdi meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) tetap mempertahankan sistem lima hari sekolah. Ia menilai sistem tersebut sudah berjalan baik dan memiliki alasan teknis maupun sosial yang jelas.

“Maka kami berharap Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tetap menggunakan 5 hari sekolah dengan berbagai alasan yang saya kira saat ini sudah mulai berjalan dengan baik,” kata Muhdi.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan