“Intinya permasalahan sampah selesai. Bisa menghasilkan listrik sampai 8 megawatt,” terang dia.
Lebih lanjut Gibran menuturkan, PLTSa bisa menjadi tamplate untuk kota/kabupaten lain di Indonesia. Karena model pembuangan sampah hanya ditumpuk terus menerus, akan berisiko lebih, sehingga tidak hanya bau juga rawan kebakaran.
“Itu bisa-bisa banget. Kan pakai tekonologi. Banyak yang belajar ke sini (Solo) kok. Walikota tangerang dll. Kita pengen kota-kota lain punya satu,” harap dia.
Sedikit informasi, gunungan sampah di TPA Putri Cempo Solo akan habis pada lima hingga tujuh tahun mendatang. Karena PLTSa membutuhkan 545 ton setiap hari. Tak hanya sampah yang kemudian habis, tetapi menghasilkan energi listrik. (*)
Editor: Elly Amaliyah