“Menurut kami, itu ide bagus. Tapi penerapannya nanti jangan terlalu ketat harus lengkap sampai berimbas ke orang tua siswa menyiapkan seragam (pakaian adat) lagi. Dan dikhawatirkan akan bebani ekonomi yang mulai bangkit,” ujar Anang.
“Mungkin atasannya baju saja, atau ikat dan penutup kepala yang sudah mencirikan pakaian adat. Sehingga, tidak terlalu memberatkan orang tua untuk menyiapkan lagi pakaian (sekolah),” imbuhnya.
BACA JUGA: Persewaan Baju Sanggar Rias Hanny, Berdiri Sejak 1987 Hingga Punya Puluhan Ribu Koleksi
Anang juga mengusulkan agar rencana penerapan baju adat bagi siswa dapat tertunda hingga pertengahan tahun atau setelah satu semester berjalan.
Ia mempertimbangkan fakta bahwa tahun ajaran baru telah mulai, dan beberapa siswa dari kelas I SD dan SMP belum sepenuhnya sesuai seragam sekolah.
“Apalagi, kan ini baru saja tahun ajaran baru, siswa kelas I SD dan SMP juga belum semuanya diseragamkan. Ini tidak murah, walaupun nantinya pakai satu bulan satu kali, tidak mungkin pakaian adat pinjam,” jelasnya.
Secara prinsip, kata Anang, DPRD Kota Semarang setuju dengan rencana tersebut, namun mesti ada sosialisasi terlebih dahulu kepada orang tua dan komite sekolah, serta pelaksanaannya secara bertahap. (ant)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi