SEMARANG, beritajateng.tv – Upaya Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu (Mbak Ita) dalam penanganan stunting yang meraih penghargaan dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menuai pujian dari banyak pihak.
Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) Prof. Masrukhi menilai penghargaan bidang inovasi pelayanan publik program Sayangi Dampingi Ibu Anak Kota Semarang (SANPIISAN) itu adalah kejutan.
Pasalnya, Kota Semarang menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang meraih penghargaan pengentasan stunting dalam United Nations Public Service Awards 2024 di Incheon, Korea Selatan, Rabu 26 Juli 2024 lalu.
BACA JUGA: Inovasi SANPIISAN Bawa Kota Semarang Raih Penghargaan Internasional dari PBB
“Saya melihat hal yang surprise dan wajar karena tampak inovasi penanganan stunting di Kota Semarang. Begitu sangat cantik artinya signifikan prosesnya,” katanya.
Proses yang signifikan itu ketika melihat angka prevalensi stunting secara nasional masih sebesar 21,5 persen pada 2023. Sementara Kota Semarang mampu menurunkan hingga 1,14 persen pada tahun yang sama.
Penurunan Angka Stunting
Padahal target pemerintah pusat dalam menurunkan stunting yakni, 14 persen pada 2024 ini. Masrukhi menyebut, situasi menantang untuk mengentaskan stunting itu mampu di dobrak oleh Kota Semarang.
“Padahal obsesi pemerintah menurunkan di angka 14 persen, tetapi itu belum mampu, masih tinggi angkanya. Kota Semarang luar biasa karena keberadaan stunting ini sudah 1,14 persen, ini sebuah angka yang luar biasa,” katanya.
Dia memandang kerja keras Mbak Ita tersebut bukan mendadak prosesnya. Menurutnya, langkah promotif, preventif, dan kuratif yang telah ia kedepankan itu menjadi buah karya yang saat ini bisa terasa.
Salah satunya melalui program inovasi pelayanan publik program Sayangi Dampingi Ibu Anak Kota Semarang (SANPIISAN) yang mulai sejak usia remaja dan bagi calon pengantin.
“Mbak Ita sangat intens dalam pencegahan stunting. Saya beberapa kali ikut kegiatan penyuluhan bagi ibu hamil di beberapa lokasi tentang pentingnya mereka tetap menjaga kondisi gizi,” ujarnya.
Inovasi kolaborasi dalam menjamin ibu hamil hingga bersalin mendapatkan kemudahan akses layanan kesehatan. Melalui pemberdayaan masyarakat dan didukung sistem informasi melalui smartphone.