“Di Jawa Tengah sekitar 1,7 persen rata-rata per tahunnya. Maka impitannya luar biasa,” kata Supriyanto.
Dia menjelaskan, jumlah produksi padi di Jawa Tengah untuk tahun ini hingga November mendatang di prediksi mencapai 8,49 juta ton gabah kering giling (GKG).
Adapun jumlah itu turun jika dibandingkan periode sama tahun lalu, yang mencapai 8,83 juta ton GKG.
“Jadi ada penurunan 347 ribu ton,” jelas Supriyanto.
Dari 8,49 juta ton GKG tersebut, tutur Supriyanto, Jawa Tengah bisa memproduksi 4,88 juta ton beras.
Supriyanto mengungkap, hingga November 2025 mendatang, Jawa Tengah diprediksi masih akan surplus lebih dari 1 juta ton beras.
Pj Nana berkomitmen wujudkan luas tambah tanam di Jawa Tengah
Dalam sebuah wawancara, Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana berkomitmen merealisasikan capaian luas tambah tanam (LTT) padi di wilayahnya.
Pihaknya tak menampik bahwa angka produksi padi dan beras di Jawa Tengah mengalami tren penurunan setidaknya dalam tiga tahun terakhir.
BACA JUGA: Sudah dapat Beras Gratis? 18.567 Keluarga di Jateng Terima Bantuan Intervensi Kerawanan Pangan
Nana mengatakan, pada September lalu, LTT di Jateng mencapai 65.140 hektare.
“Di bulan Oktober ini kita sanggup mencapai 105.000-110.000 hektare. Jadi kita upayakan untuk terus mendekati target yang Kementerian Pertanian tentukan,” ujar Nana, Senin, 14 Oktober 2024 lalu.
Bagi Nana, akselerasi LTT padi memang harus dilakukan, mengingat Jawa Tengah termasuk di antara tiga provinsi yang menjadi tumpuan pangan nasional.
“Selama ini Jawa Tengah dianggap sudah mampu untuk terus meningkatkan kualitas maupun kuantitas padi. Tetapi masih ada yang akan kita tingkatkan, khususnya dengan perluasan tanam padi,” ucapnya.
Ia menambahkan, upaya peningkatan produksi pertanian Jawa Tengah terbantu dengan adanya bantuan pompanisasi dari pemerintah pusat.
Sejauh ini, kata Nana, sebanyak 5.134 unit pompa sudah didistribusikan ke 35 kabupaten/ kota di Jawa Tengah. Penggunaan bantuan pompa sudah mencapai 93 persen. (*)
Editor: Farah Nazila