SEMARANG, beritajateng.tv – Produsen otomotif asal India, Bajaj Auto Limited, mencatatkan kinerja positif sepanjang September 2025. Dilansir dari The Economic Times pada Rabu, 1 Oktober 2025, Bajaj melaporkan pertumbuhan penjualan sebesar 9 persen daripada periode sama tahun lalu, dengan total 510.504 unit terjual, termasuk pasar ekspor.
Perusahaan sebelumnya membukukan penjualan 469.531 unit pada September 2024. Kenaikan juga terlihat pada pasar domestik India, yang mencatat penjualan 325.252 unit, atau tumbuh 4 persen dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, ekspor kendaraan Bajaj melonjak signifikan hingga 18 persen, dari 157.644 unit pada September 2024 menjadi 185.252 unit pada September tahun ini. Penjualan sepeda motor di pasar domestik turut naik 5 persen menjadi 273.188 unit.
Pertumbuhan ini menegaskan posisi Bajaj Auto sebagai salah satu produsen kendaraan roda dua dan roda tiga asal India terbesar di dunia.
BACA JUGA: Viral Bajaj di Semarang: Unik untuk Wisata, Berisiko untuk Transportasi Kota
Tak hanya itu, kenaikan ekspor juga memperlihatkan semakin kuatnya penetrasi Bajaj di pasar internasional, termasuk Asia Tenggara. Tren positif itu turut tercermin di Indonesia melalui layanan Bajaj Maxride.
Sejak 17 September 2025, moda transportasi roda tiga yang lekat dengan nuansa nostalgia itu resmi mengaspal di Kota Semarang.
Penanggung Jawab Maxride Cabang Semarang, Siva Gesita, menuturkan, pemilihan Kota Semarang bukan tanpa alasan. Menurutnya, ibu kota Jawa Tengah ini memiliki potensi besar untuk bisnis transportasi alternatif.
“Semarang punya potensi besar untuk bisnis transportasi alternatif. Setelah sukses di kota lain, kami memberanikan diri hadir di Semarang. Alhamdulillah, animo masyarakat sangat positif,” ujarnya kepada beritajateng.tv, Sabtu, 20 September 2025 lalu.
Respons warga Kota Semarang atas kehadiran bajaj
Respons warga Kota Semarang terlihat nyata. Dalam waktu singkat, aplikasi Maxride sudah terunduh lebih dari 1.000 kali. Sebanyak 22 unit bajaj beroperasi di titik-titik strategis, mulai dari kawasan Simpang Lima, Kota Lama, hingga pusat perbelanjaan.
Tak hanya menghadirkan moda transportasi baru, Maxride juga menjadi peluang ekonomi. Sistem kemitraan memungkinkan warga menjadi pengemudi dengan skema sewa unit yang cukup terjangkau. Banyak calon driver bahkan sudah masuk daftar tunggu.
“Banyak warga yang mendaftar jadi driver. Ini bukan hanya soal transportasi, tapi juga cara kami membuka lapangan kerja di Semarang,” lanjut Siva.
Fenomena ini sekaligus memperlihatkan bagaimana bajaj kembali menjadi bagian dari gaya hidup. Di Semarang, Maxride tak hanya membidik penumpang harian, namun juga wisatawan maupun ibu rumah tangga yang membutuhkan transportasi aman untuk aktivitas sehari-hari.
Salah satu pengemudi bajaj asal Pedurungan, Kota Semarang, Adi Saputra (37), bercerita pengalamannya menarik penumpang sejak tiga hari terakhir. Ia menjadikan pekerjaan ini sebagai sampingan setelah bekerja di bidang elektronik pada pagi hari.
BACA JUGA: Khawatir Pemasukan Berkurang, Ojol-Sopir Angkot Semarang: Sudah Minim, Ngenes Kalau Ada Bajaj
“Saya biasanya mangkal di Semarang Timur, kalau di pusat kota sudah banyak bajaj. Sehari narik dari jam 11 siang sampai jam 9 malam, rata-rata dapat Rp285 ribu. Setor ke kantor Rp25 ribu. Kalau rame biasanya sore, sekitar jam 6,” ungkapnya sambil mengendarai bajaj.
Ia menambahkan, meski berbasis aplikasi, layanan Maxride juga tetap bisa dipesan secara offline dengan kesepakatan jarak. Bajaj yang digunakannya pun masih mempertahankan konsep klasik, dengan gigi di tangan kiri seperti vespa, sehingga memberi kesan retro.
“Rata-rata penumpang anak muda. Mereka suka karena bisa foto-foto juga, suasananya beda,” lanjut Adi.
Tarif layanan dipatok Rp14 ribu untuk 3 kilometer pertama, lalu selanjutnya penumpang dikenai Rp3 ribu per kilometer.
Setelah Semarang, perusahaan bajaj tersebut sudah menyiapkan ekspansi ke Solo pada Oktober 2025. Pemilihan lokasi ini lantaran kedekatan dengan pusat administrasi Jawa Tengah, sekaligus mempermudah pengembangan ke wilayah penyangga seperti Demak dan Kudus. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi