Berdasarkan survei, pasangan Luthfi-Taj Yasin masih kurang populer di kalangan pemilih muda, khususnya Gen Z dan milenial. Elektabilitas pasangan tersebut tercatat di angka 43,8 persen, sementara lawannya, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi, meraih 56,2 persen.
Joko menjelaskan bahwa Andika Perkasa lebih dikenal di kalangan anak muda sebagai tokoh nasional. Namun, ia mengingatkan bahwa efek popularitas Andika bisa melemah jika tidak dikelola dengan baik.
“Secara teori, dengan dukungan partai besar, Ahmad Luthfi dan Taj Yasin masih memiliki peluang besar. Tetapi dengan pemilih muda yang mencapai 53 persen dari total pemilih, persaingan akan sangat ketat,” jelasnya.
Joko menambahkan bahwa Ahmad Luthfi perlu meningkatkan strategi kampanye untuk menarik minat pemilih muda dengan mengusung isu-isu yang relevan bagi mereka.
“Jika mereka mampu mengurangi jarak di kelompok pemilih muda, peluang untuk unggul semakin besar,” ujarnya.
Menurut Joko, keberhasilan pasangan Luthfi-Taj Yasin dalam meraih kemenangan bisa menjadi ancaman besar bagi dominasi PDIP di Jawa Tengah, yang dikenal sebagai “kandang banteng.”
“Mungkin ini saatnya kandang banteng menghadapi tantangan serius dalam Pilgub dan Pilpres,” tutupnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah