Ia mengungkap, siapa pun boleh bergabung menjadi anggota Komunitas Book Club Semarang. Tak ada persyaratan khusus, hanya perlu mengisi formulir secara online.
Selain itu, peserta pun bebas membawa jenis buku apa saja sesuka hati.
BACA JUGA: Berawal dari Cuitan Twitter, Komunitas Bookclub Semarang Kini Punya 700 Anggota
“Boleh bawa buku fiksi, novel, sejarah, fiksi-sejarah,” tandas Rasyid.
Sementara itu, salah satu peserta Komunitas Book Club Semarang asal Universitas Diponegoro, Lena, mengaku senang dapat menemukan komunitas tersebut.
Lena yang saat ini berkuliah di jurusan Antropologi itu membawa buku bertajuk Folklore Indonesia. Alasan Lena membawa buku itu tak lain adalah belum sempat membaca buku bertema antropologi tersebut.
“Buku ini sudah lama ada di rak, belum sempat aku baca. Pengin baca ini karena di [dalam buku Folkfore Indonesia] sini ada cara membedakan mitos, legenda, tahayul, dan fungsinya untuk apa. Apakah masih relevan dengan kehidupan saat ini atau tidak,” ucap Lena.
Menurutnya, membaca dan mengulas buku bersama teman-teman Komunitas Book Club Semarang pun mampu memantik semangat belajarnya.
“Dengan ketemu teman-teman, saya tau buku yang mereka baca. Ketika review (mengulas), saya belajar lagi, jadi semangat membaca. Awalnya membaca itu males, tapi melihat teman yang pintar, saya jadi termotivasi. Ingin punya wawasan luas kayak teman-teman lain,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi