“Tentu menjadi salah satu hal yang sangat kita prihatinkan, apalagi mahasiswa merupakan salah satu kelompok pemilih pemula yang memegang pengaruh besar dalam Pemilu sekaligus kelompok dengan idealisme perubahan yang tinggi,” sambungnya.
Perbedaan pandangan Politik di mata gen Z
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Aria Bima, memandang berbeda fenomena rendahnya partisipasi pemilih muda dalam Pilkada.
Ia menilai para `pemilih muda, yang umumnya berasal dari kalangan generasi Z, tumbuh dengan nilai yang berdasar pada individu.
Ia mencontohkan, generasi Milenial umumnya tumbuh dengan dasar komunitas terutama keluarga. Dulunya, satu keluarga hampir memiliki pandangan politik yang sama; anak mengikuti pilihan ayah atau ibunya. Hal itulah yang menurut Aria tak lagi terjadi di kalangan gen Z.
BACA JUGA: Kapan Honor KPPS Pilkada 2024 Turun? Ini Jadwal Gajian Beserta Nominalnya
“Saya melihat ini tidak terjadi di dalam proses anak-anak gen Z sekarang yang lebih cenderung individual. Bukan urusan keluarga, bapak, ibu, kakak,” kata Aria.
Aria menambahkan, ada perubahan value tata nilai gen Z terkait proses demokrasi. Gen Z cenderung mengambil keputusan karena pandangan dirinya pribadi. Sehingga, ia menilai gen Z perlu memahami apa saja keuntungan dan kerugian dari Pemilu itu sendiri.
“Inilah yang perlu dibangun, kesadaran pendidikan kalangan gen Z, bahwa nyoblos itu dapat keuntungan. Minimal, kalau sampai terpilih itu keliru, kita dapat kerugian,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi