Namun demikian, Arif tak mau menggantungkan hidup dari menjadi seorang perajin Warak Ngendog. Pasalnya, kemajuan zaman membuat generasi muda tak mengenal Warak Ngendog.
Tak jarang ia menemui calon pembeli yang tak tahu Warak Ngendog sehingga menawar harga dengan cukup sadis.
BACA JUGA: Rayakan Cap Go Meh 2024, Sekolah Karangturi Hadirkan 1.000 Naga hingga Warak Ngendog
“Mungkin bagi orang yang enggak tau, harga Rp100 ribu untuk Warak Ngendog itu mahal. Sekarang enggak dihargai, makanya mending sambil kerja lain,” ucap Arif yang juga memiliki usaha bengkel itu.
Sejak 2020, pesanan yang Arif terima juga terus mengalami penurunan. Meski begitu, ia berjanji akan terus bertahan walau tiap tahunnya mengalami penurunan pesanan. Ia mengaku siap kapan pun berkreasi saat ada pesanan masuk.
Bagi Arif, menjadi perajin Warak Ngendog saat ini hanya menjadi selingan. Misalnya sewaktu ia jenuh selepas bekerja di bengkel.
“Kalau kayak gini harus seneng, kalau enggak seneng enggak bakalan bisa bertahan. Jadi anggap aja jadi selingan sekaligus nguri-uri budaya,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi