PDI Perjuangan, menurut Pacul, tak akan goyah begitu saja karena hasil survei yang perilisannya cuma-cuma kepada publik. Baginya, ada alasan tersendiri yang membuat survei itu dimunculkan kepada masyarakat. Terlebih, lanjut Pacul, harga untuk sebuah survei nasional tidaklah murah.
“Suvei itu harganya mahal, kalau ada survei dirilis tentu bukan cuma-cuma, orang survei mahal kok rilisnya cuma-cuma, logikanya apa? Kita tidak tahu. Survei nasional itu hargaya tidak kurang dari Rp1,2 M, jadi ketika orang menyurvei dengan harga itu kemudian dirilis denagan biasa saja, kira-kira bagaimana? Memang dia lembaga sosial? Survey is business,” tegasnya.
Sebut ada yang lebih keras dari adu domba
Lebih lanjut, Ketua Komisi III DPR RI itu membenarkan mengenai adu domba yang kini tengah mencoba mencabik-cabik Jawa Tengah. Bahkan, Pacul mengungkap terdapat pertarungan yang lebih kuat daripada adu domba itu sendiri.
“Jangankan pola adu domba, yang lebih keras dari itu sudah ada. Artinya, perang mengalahkan dengan semua cara, itu yang sebenarnya bagi anak bangsa tidak baik. Kita tempur, ya, tempur saja harusnya, tetapi siapa yang bisa mengerem nafsu? Tidak ada,” bebernya.
Dalam hematnya, nafsu untuk berebut kekuasaan bisa membenarkan segala cara untuk memenangkan pertempuran. Kendati demikian, pihaknya mengimbau seluruh kadernya agar tak gentar dalam menghadapi Pemilu 2024 ini.
“Nafsu itu untuk menang, itu kan nafsu untuk menang, melakukan berbagai macam cara. Dalam hal ini, bagi kawan-kawan PDI Perjuangan, don’t worry be happy, tempur terus,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi