Ia pun mengapresiasi program-program dari Kevikepan Semarang dalam menjaga keutuhan dan kesatuan NKRI. Seperti melakukan kegiatan-kegiatan dengan tokoh agama lainnya.
Menurutnya, ini adalah hal yang Kota Semarang butuhkan agar terhindar dari konflik saat pelaksanaan Pemilu.
Antisipasi Semarang Rawan Konflik Politik
“Kami mengapresiasi Kevikepan karena bisa mengadakan kegiatan yang luar biasa ini, mengumpulkan tokoh agama. Tentu menjadi contoh untuk daerah lain bisa melakukan kegiatan bersama-sama tanpa memandang perbedaan agama. Tetapi bisa menjadi satu bersama-sama,” paparnya.
Di sisi lain, ia menyebut berkat kerukunan antar umat beragama, Kota Semarang berhasil merangkak ke peringkat ke tujuh sebagai Kota Harmoni.
Di mana sebelumnya, Ibu Kota Jawa Tengah ini berada di peringkat 11 sebagai kota paling harmoni dalam kehidupan beragama.
“Jadi di tahun 2023 ini Kota Semarang menerima penghargaan Kota Harmoni, sebelumnya kita peringkat 11. Tahun ini Alhamdulillah ada di peringkat tujuh. Dan tentu kita tidak boleh kalah dengan kota lain, dengan kita cari apa yang menjadi kekurangan Kota Semarang,” paparnya.
Sementara itu, Vikaris Episkopal Semarang, Romo FX Sugiyana memastikan akan terus berkontribusi dalam menjaga kerukunan Kota Semarang. Pihaknya memastikan tidak akan terpecah belah hanya karena kepentingan politik.
“Pilihan kita mungkin berbeda, tetapi kebersamaan bisa tercipta. Kami bisa sumbangkan untuk Kota Semarang atau secara khusus dan Provinsi Jawa Tengah. Dalam upaya menciptakan harmoni hidup bersama di tengah masyarakat. Kaitan dengan politik kami menyiapkan masyarakat Katolik dan Buddha, kami latih agar menjadi pemilih yang cerdas untuk membangun Indonesia. Kami juga mempersilakan memilih siapa saja, bahkan ada yang mau jadi calon legislatif yang penting bangun Indonesia semakin baik,” tandasnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah