“Mereka ikut operasi dan kegiatan lain sangat exhausted, sangat kelelahan, operasi yang harusnya satu jam kadang kala bleeding jadi 6 jam. Abis itu lanjut operasi lagi. Dan itu ada SK Dirut Kariadi, 24 jam operasi,” tekannya.
Sebut penyebab kematian dokter residen PPDS Undip karena perundungan framing netizen belaka
Lebih lanjut, Suharnomo lagi-lagi membantah Undip melindungi pelaku perundungan. Ia mengungkapkan, pihaknya bahkan telah menghentikan 3 mahasiswa PPDS yang terlibat perundungan. Yakni, satu mahasiswa di tahun 2022 dan dua mahasiswa di tahun 2023.
Ia pun menegaskan, selama proses penyelidikan, pihaknya sangat terbuka dalam memberikan informasi, baik kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemendikbud) hingga kepolisian.
“Kami tidak ingin ada orang meninggal bukan karena bullying, tapi harus bullying, itu yang merepotkan kami. Kemudian problemnya, netizen framing harus bullying. Kami ngomong apa aja tetap bullying. Biar nanti kepolisian yang memutuskan, apakah karena bullying atau tidak,” tukasnya.
BACA JUGA: Kasus Kematian Dokter Undip, Kemenkes: Sudah Sakit Saat Awal PPDS
Sebelumnya, Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Undip, dr. Yan Wisnu Prajoko, mengakui pihaknya tak memiliki batas jam kerja untuk mahasiswa PPDS. Pihaknya pun baru akan merumuskan batasan kerja setelah kejadian ini.
“Nanti baru akan dirumuskan, sedang digodok. Kami akan ikuti aturan 80 jam per minggu dan ada aturan libur,” ujar Wisnu saat konferensi pers bersama awak media, Jumat, 23 Agustus 2024 lalu. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi