SEMARANG, beritajateng.tv – Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 RI, layar lebar Indonesia kembali dimeriahkan oleh film animasi bertema kebangsaan berjudul Merah Putih One For All. Namun, semenjak perilisan trailer-nya, film ini menimbulkan kritik dari masyarakat Indonesia, khususnya bagi para pecinta film animasi.
Masyarakat mempertanyakan tentang produksi film yang dinilai tak layak untuk mengudara di layar lebar perfilman Indonesia. Yuk, kita kenalan lebih dekat dengan sosok yang berperan besar dalam proses pembuatan filmnya.
Ide dan Arah Kreatif
Proyek ini merupakan hasil gagasan dan arahan dari dua sosok yang perannya tumpang tindih yakni Endiarto dan Bintang Takari. Keduanya bukan hanya sutradara tetapi juga penulis skenario. Kolaborasi yang menunjukkan betapa dalamnya keterlibatan mereka dalam proyek ini.
Endiarto memegang posisi krusial sebagai penggagas utama sekaligus produser eksekutif. Namanya tampaknya menjadi tulang punggung kreatif. Ia memimpin visi cerita sekaligus mengawal produksi dari hulu ke hilir.
BACA JUGA: Fakta Spesial Film Panggil Aku Ayah, Cerita Hangat yang Menyentuh Jiwa
Sementara itu, Bintang Takari tak hanya berperan sebagai sutradara. Ia juga mengisi kursi penulis naskah dan animator utama. Artinya, visual dan logika cerita disulam langsung oleh tangan yang sama.
Rumah Produksi dan Pendanaan
Film ini diproduksi oleh Perfiki Kreasindo. Rumah produksi yang menjadi bagian dari Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.
Namun, akses terhadap situs resmi perfiki.com saat artikel dilansir tidak tersedia (404 Forbidden) menimbulkan pertanyaan publik tentang transparansi dan jejak digital lembaga tersebut.
Produser dan Pendukung Lainnya
Tak hanya Endiarto yang menjadi produser eksekutif, Perfiki Kreasindo juga menempatkan Sonny Pudjisasono dalam peran eksekutif tambahan bersama Toto Soegriwo sebagai produser utama. Ia memiliki portofolio sebelumnya seperti Ramadhan Pertama Tanpa Ayah, Lantai 4, dan Basement Jangan Turun ke Bawah.