Menurut Sumanto, konsumen produk hortikultura saat ini semakin jeli dalam memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi, energi, maupun prestige. Tren saat ini, konsumen lebih menyukai produk hortikultura yang masih fresh atau segar. Sebab pada kondisi tersebut kandungan nutrisi produk masih tinggi dan sedikit terjadi penurunan gizinya.
“Tuntutan konsumen tersebut membuka peluang dalam penyediaan produk yang selalu fresh dan mempunyai penampilan yang menarik,” imbuhnya.
Sumanto dorong pelatihan pembuatan pupuk organik bagi petani
Dengan adanya potensi yang besar tersebut, ia meminta Pemprov Jateng memberikan dukungan. Salah satunya dengan memperluas pelatihan pembuatan pupuk organik bagi para petani. Selain itu, perlu mekanisme yang lebih baik agar petani bisa menjual produknya langsung ke pasar modern atau ekspor. Hal ini untuk meminimalisir ulah tengkulak yang merugikan petani.
Guna memaksimalkan keuntungan, petani juga perlu diajari teknologi pengemasan buah dan sayur agar produknya tetap segar dan bertahan lama. Dengan masa simpan yang panjang, pedagang buah dan sayur dapat memperluas pasar penjualnya.
Menurut Sumanto, jika pengelolaannya baik, hortikultura organik bisa menjadi sumber pendapatan signifikan bagi petani lokal. Selain itu, dengan semakin meningkatnya kesadaran konsumen akan kesehatan dan kualitas produk, potensi pasar holtikultura organik akan terus tumbuh.
“Dengan sinergi antara petani, pemerintah, dan pasar, pengembangan hortikultura organik di Jateng bisa terus berkembang dan memberikan keuntungan ekonomi,” paparnya. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto













