Tentunya, lanjut Teguh, hal itu tak ayal membuat angka pernikahan tiap tahun semakin turun.
“Saya yakin bahwa prinsip remaja-remaja sekarang dan ke depan [memandang] nikah itu bukan ‘bagaimana nanti’, tapi ‘nanti bagaimana’. Artinya, bagaimana perencanaan yang baik,” tandasnya.
BACA JUGA: Catat Statistik Perkawinan 3 Tahun Terakhir, BPS Jateng: Angka Pernikahan Turun, Cerai Meningkat
Tentang perbedaan tujuan dalam menikah
Sebelumnya, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, menyebutkan perbedaan tujuan antara laki-laki dan perempuan menjadi salah satu alasan yang menyebabkan angka pernikahan turun.
Menurut Hasto, tujuan pernikahan terbagi menjadi tiga, yakni security (keamanan), prokreasi (menghasilkan keturunan), dan rekreasi.
“Kalau naluri perempuan itu lebih ke security. Perempuan kalau dicintai sepenuhnya, meskipun tidak punya anak akan tenang, tetapi laki-laki kalau belum punya anak bisa gelisah terus,” ujar Hasto, Jumat, 8 Maret 2024 malam.
Ia mengatakan, umumnya tujuan pasangan menikah di Indonesia masih prokreasi atau untuk menghasilkan keturunan.
Menurutnya, tekanan orang-orang sekitar juga menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat tidak ingin melangsungkan pernikahan.
“Kita ini kalau menikah di Indonesia pasti ada tekanan untuk mempunyai anak, karena kalau di Indonesia sudah menikah itu, saat Idul Fitri misalnya, pasti ada yang tanya, ‘Sudah punya anak atau belum?’” kata Hasto. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi