Seharusnya, kata Mila, ada sistem pengawasan berkala yang jelas jika izin tambang tetap diberikan.
“Harusnya kalau izin diberikan, itu dimonitor. Bagaimana proses penambangannya, bagaimana dampak lingkungannya,” tegasnya.
Nilai wajar warga minta tambang tutup permanen, kompensasi dampak belum jelas
Menanggapi desakan warga Baseh terkait penutupan permanen tambang di Bukit Jenar, Mila menilai tuntutan tersebut wajar. Sekalipun tambang berizin, dampak lingkungan dan sosial tetap tidak terhindarkan.
Ia menegaskan, jika aktivitas tambang tetap berlanjut, maka masyarakat terdampak seharusnya mendapatkan kompensasi yang jelas. Mila mencontohkan kerusakan infrastruktur akibat aktivitas tambang yang kerap luput dari perhatian.
“Kalau tambang tetap berjalan, masyarakat yang terdampak itu harus dapat kompensasi. Kompensasinya apa? Misal jalannya yang dulu tidak rusak karena tidak ada truk, sekarang rusak. Bayangkan malam-malam ada ibu mau melahirkan, jalannya rusak. Apakah tidak berbahaya?” kata Mila.
Menurutnya, hal-hal mendasar seperti itu sering kali tidak pemerintah pikirkan saat memberikan izin tambang. Ia menegaskan warga berhak menuntut penghentian permanen jika tidak ada jaminan perlindungan dan kompensasi.
“Itu pemerintah mikir enggak sampai situ. Iyalah wajar [ada penolakan]. Warga berada di sana, mereka yang akan menerima dampak pertama. Harusnya mereka ikut serta dan mendapat prioritas penanganan kalau terjadi masalah,” tegasnya.
Mila menilai tak tepat jika pemerintah beralasan belum terjadi bencana lalu menganggap tambang aman. “Tidak kemudian karena belum terjadi terus menganggap enggak ada masalah. Kalau begitu ya salah,” ujarnya.
Lebih jauh, Mila mengingatkan bahwa aktivitas tambang galian C di lereng Gunung Slamet berpotensi menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan, utamanya risiko longsor.
“Yang paling parah itu kalau keruk tambang galian C terus-menerus dan tidak ada rehabilitasi atau perkuatan lereng, kemungkinan longsor itu cukup besar,” kata Mila.
Menurutnya, risiko tersebut hanya bisa terminimalisir jika ada upaya teknis yang jelas dan terdokumentasi. “Kecuali memang ada perkuatan-perkuatan, misalnya bronjong, supaya kalau ada longsor masih bisa tertahan,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













