Ganjar yang tak terlalu masyhur sebagai pemimpin islami, kata Wahid, berusaha untuk menarik suara umat muslim dengan menggunakan simbol-simbol keislaman.
Pihaknya juga menyinggung pasca Pilkada DKI Jakarta yang berlangsung pada tahun 2017 silam. Dari kejadian itu, suara kelompok muslim sangat prospektif untuk mengantarkan paslon menuju kemenangan.
“Kemudian untuk menarik itu (suara umat muslim) salah satunya menggunakan isu dan simbol keislaman. Azan, salat, itu kan untuk menunjukkan bahwa ‘Oh Pak Ganjar ini sosok Muslim yang taat’,” bebernya.
Ia khawatir, isu keagamaan yang selalu terbawa jelang Pemilu akan terkapitalisasi di kemudian hari. Wahid menambahkan, fokus paslon yang tak lagi mengusung program untuk menggaet pemilih menjadi masalah serius dalam Pemilu mendatang.
“Itu bisa menjadi penyebab demokrasi stagnan. Jadi hanya terbatas pada persoalan penampilan saja. Dan pengakuan seperti Pak Ganjar itu muslim taat dan rajin salat, tetapi gagasannya menjadi hilang. Harusnya sudah tidak lagi seperti ini,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi