“Sebenarnya orang kalau mau mendapatkan kuasa itu yang pertama mungkin mereka punya bakat, bisa menginspirasi, tapi karena mereka nggak cukup bisa berkomunikasi, nggak cukup bisa menginspirasi, maka yang mereka lakukan adalah mem-bully,” imbuhnya.
Pelaku perundungan tidak bisa menahan emosi
Lebih jelas, Abimanyu menyebut faktor ketidakmampuan menahan emosi juga menambah kemungkinan anak menjadi seorang pelaku perundungan. Apalagi, ketika dua faktor pertama tak dapat teratasi maka anak hanya bisa melampiaskannya pada orang lain.
“Faktor ketiga adalah kurang cakapnya seseorang untuk mengatur emosinya dan me-manage perasaannya, sehingga perilakunya tidak terkontrol. Oleh karena itu, terkadang ada pembullyan itu tidak sengaja, tapi bagaimanapun tetap dianggap pembullyan,” katanya.
Dosen yang beberapa kali memberikan konseling di lapas anak itu lantas mengungkap bahwa solusi mengatasi perundungan adalah dengan memutus kekerasan pasa anak.
BACA JUGA: Kasus Bullying Cilacap Berdampak Fatal, Korban Alami Hal-hal Ini
Menurutnya, sosok orang tua maupun guru berperan besar dalam memutus perilaku perundungan, yaitu dengan bertindak sebagai teman bagi anak. Selain itu, mereka juga dapat menjadi sosok pendengar yang baik.
“Jangan menggurui, tapi juga mendengar anak-anak sehingga ketika ada korban bully mereka bisa mendapat dukungan dari orang-orang sekitarnya, seperti orang tua dan guru, itu akan membantu korban bully untuk pulih dan tidak menjadi pelaku,” pungkasnya.
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi