Sehingga, kelompok kesenian tradisional bisa tampil, meski di acara halalbihalal dan Syawalan lingkup lingkungan yang sebenarnya masih cukup terbatas.
Kelompok kesenian tradisional di Kabupaten Semarang perlu ruang untuk tampil
Jika kekurangan ruang atau tidak memiliki kesempatan untuk tampil, kelompok kesenian yang umumnya dari kalangan pemuda ini bisa kehilangan semangat.
Sehingga, anggota kelompok kesenian bisa-bisa menjadi vakum dan akhirnya rentan bubar karena generasi penerusnya sudah kehilangan semangat.
“Kalau itu yang terjadi, malapetaka. Siapa lagi yang akan melestarikan dan mempertahankan kesenian tradisional ini,” tandas Jumianto.
Sementara itu, Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, mengungkapkan, di Kabupaten Semarang saat ini ada 4.600-an kelompok kesenian.
BACA JUGA: Patung Biawak Wonosobo Curi Perhatian, Ini Kata Rejo Arianto Sang Seniman
Pemkab Semarang setiap tahun menganggarkan bantuan untuk 1.000 kelompok kesenian ini agar bisa terus menjaga dan melestarikan kesenian khas daerah.
Tujuannya, selain untuk nguri-uri kebudayaan, juga untuk menghidupkan sektor yang lain, seperti UMKM yang ada di Kabupaten Semarang.
“Karena kalau ada tontonan pentas atau pagelaran kesenian tradisional, ekonomi juga akan berjalan karena banyak masyarakat yang menyaksikan,” jelas bupati. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi