SEMARANG, beritajateng.tv – Ketegangan dagang global yang dipicu kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) menjadi tantangan besar bagi sektor manufaktur dunia.
Namun, di tengah tekanan itu, American & Efird (A&E) hadir dengan produk revolusioner sekaligus memperkuat hubungan kemitraan berkelanjutan dengan mitra global.
Hal itu diungkapkan Chris Alt, Presiden A&E Global LLC, dalam acara “A&E Immersive Experience” yang digelar di Tentrem Hotel Semarang pada Rabu, 22 Oktober 2025 malam.
BACA JUGA: Imbas Tarif Trump 100 Persen ke China, DPMPTSP: Peluang Besar Pabrik Sepatu Relokasi ke Jateng
A&E Immersive Experience merupakan platform strategis untuk menampilkan inovasi benang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan, sekaligus memperkuat kemitraan global.
Kegiatan tersebut menghadirkan jajaran direksi A&E, Angelo selaku Managing Director of A&E South Asia dan Sanjay President Director of A&E Indonesia. Hadir juga para pemegang saham brand pakaian olahraga dunia, dan menjadi ajang peluncuran produk benang revolusioner berteknologi tinggi.
“Semua industri itu impacted, termasuk kami sebagai supplier. Banyak pelanggan kami ekspor ke AS dan terkena tarif 10 persen. Tapi kami punya strategi internal untuk mengatasinya, lebih ketat dalam efisiensi dan pengelolaan cash flow,” ujar Chris Alt.
Dampak tarif impor AS, industri footwear beralih ke Indonesia
Menurut Chris Alt, imbas kebijakan tarif AS mendorong terjadinya pergeseran rantai pasok global. Banyak produsen alas kaki yang selama ini berbasis di Vietnam kini memindahkan produksi ke Indonesia, terutama ke wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Industri footwear secara masif pindah dari Vietnam ke Indonesia karena upah minimum di Jawa Tengah bisa setengah dari Jawa Barat. Iklim investasi kita juga masih baik,” ujarnya.
Pergeseran tersebut sekaligus membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pusat baru manufaktur alas kaki dunia, dengan keunggulan biaya produksi kompetitif dan tenaga kerja terampil.