Yang kemudian, 80 jam perpekan itu terbagi menjadi masuk 6 hari dengan 10 jam per hari dan 2 kali jaga per minggu. Hanya saja, aturan tersebut tak selalu berjalan dalam penerapannya.
“PPDS itu ketika kita masuk sistem layanan rumah sakit, terintegrasi, ada hal-hal yang jadi sulit. Misal harusnya jam 4 pulang, tapi operasinya belum selesai, ada beban moral meninggalkan (pasien),” lanjut Wisnu.
Anestesi Undip adalah prodi dengan beban kerja terberat
Lebih lanjut, Wisnu mengakui program studi tempat dr. Aulia belajar, anestesi merupakan salah satu prodi dokter spesialis dengan beban kerja terberat selain bedah. Sebab, anestesi berhubungan dengan banyak sektor.
Wisnu pun secara tidak langsung mengamini bahwa proses PPDS Anestesi memiliki beban kerja berat sebagai persiapan ketika lulus nantinya.
“Dia tidak hanya di kamar operasi, tapi dia di IGD, ICU, pasien yang henti nafas, di bangsal anak psikiatri, dia (dokter Anestesi) tugasnya banyak, jadi memang bebannya di banyak unit kerja,” bebernya.
BACA JUGA: Kasus Meninggalnya Mahasiswi PPDS Undip: Keluarga Bantah Akibat Bunuh Diri: Sebut Tak Ada Saksi
Kendati demikian, Wisnu tak lantas menormalisasi jam kerja berat itu. Bersama tim task force yang baru saja terbentuk antara FK Undip dan RSUP dr. Kariadi, ia memastikan pihaknya akan menyusun regulasi terkait beban dan jam kerja. Terutama dalam PPSD Anestesi.
“Teknis jam kerja mahasiswa harus berkeadilan, tidak boleh kelelahan, akan diatur secara detail oleh tim task force. Termasuk nanti kita terjemahkan do n dont,” tegas Wisnu. (*)
Editor: Farah Nazila