“Harapan PHRI, perekonomian Indonesia bisa terus membaik sehingga daya beli masyarakat meningkat. Dengan begitu, industri hotel dan restoran bisa tumbuh sehat dan kita terhindar dari risiko deflasi,” tuturnya.
Daya beli masyarakat naik, okupansi hotel ikut terdongkrak
Menurut Yantie, daya beli masyarakat menjadi faktor kunci untuk menjaga keberlangsungan sektor perhotelan dan restoran. Akses pembiayaan yang lebih mudah diharapkan dapat memberi ruang bagi pelaku usaha memperluas layanan sekaligus memperkuat promosi pariwisata daerah.
“Kalau daya beli masyarakat naik, otomatis okupansi hotel juga ikut terdongkrak. Ini yang paling kami harapkan,” pungkasnya.
Sebelumnya, sektor perhotelan di Jawa Tengah sempat diterpa badai PHK imbas kebijakan efisiensi pemerintah.
BACA JUGA: Okupansi Hotel Anjlok hingga 60 Persen, PHRI Salatiga Sebut Belum Ada PHK
Dari awal tahun hingga Juli 2025, Penasihat PHRI Jawa Tengah, Bambang Mintosih, mengungkapkan bahwa rata-rata setiap hotel menghentikan 12 karyawan. Ia juga memastikan bahwa tenaga harian atau daily worker di hotel sudah tidak ada lagi.
“Saya enggak bisa mengatakan jumlah pastinya, tapi kalau satu hotel rata-rata 12 orang. Itu tinggal kalikan saja dengan jumlah hotel yang ada MICE-nya. Tenaga harian itu juga sudah enggak ada semua,” tuturnya beberapa waktu lalu. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi